masukkan script iklan disini
Kordinator Wilayah Sumut-Aceh Pengurus Pusat GMKI (Korwil 1 PP GMKI) Hizkia Silalahi, menilai buruk penyelenggaraan F1H2O Danau Toba yang diselenggarakan oleh pemerintah melalui BPODT (Badan Pelaksana Otoritas Danau Toba) dan berlangsung selama 3 hari, 24 - 26 Februari 2023.
Diketahui sebelumnya bahwa F1H2O yang digelar di Danau Toba ini merupakan kali pertama di Indonesia yang menjadi tuan rumah untuk menggelar ajang internasional Balap Perahu Motor (powerboat) yang selevel dengan F1.
"Berdasarkan respons dari masyarakat lokal, event ini menyisakan rasa kecewa bahkan sakit hati bagi masyarakat lokal. Hal ini diakibatkan kurang tersosialisasikan secara maksimal ke akar rumput di seluruh daerah maksud dari pelaksanaan event F1 ini, tak heran masyarakat merasa diabaikan dan terkesan kurang dihargai," ungkap Hizkia dalam keterangan tertulisnya, Senin (27/02/2023)
Disampaikannya, sebelum dan sesudah penyelenggaraan F1H2O masyarakat harus menghentikan aktivitasnya, seperti berdagang yang harus dipindahkan dan aktivitas kapal di pelabuhan serta angkutan umum (angkot) juga terhenti.
Hal itu dinilai dia, mengakibatkan menurunnya omzet dari para pedagang dan penumpang kapal. Bahkan, hingga akhir selesainya kegiatan ini, pedagang di sekitar Balige mengaku event F1 Ini tidak banyak mempengaruhi usaha mereka. "Seharusnya jauh-jauh hari pihak penyelenggara memberikan perhatian khusus terhadap wisata kuliner di sekitar Danau Toba Toba guna meningkatkan ekonomi masyarakat lokal sebagai usaha pemaksimalan pelibatan masyarakat lokal dalam ajang Internasional ini," ujar mahasiswa Pascasarjana tersebut.
Hizkia juga menambahkan bahwa masyarakat yang menggantungkan hidup keluarga dari seorang supir angkot pun dilarang untuk berlalu-lalang. Padahal menurutnya, seharusnya momen ini menjadi peluang bagi masyarakat lokal untuk menikmati dampak kunjungan wisatawan dari berbagai daerah dan Internasional.
Hal senada turut disampaikan Ketua GMKI Toba, Afriani Manalu. Ia mengamati bahwa kehadiran pengunjung luar negeri/turis mancanegara sangat minim, bahkan tidak ada terlihat, kecuali panitia penyelenggara.
Lebih lanjut, Afriani mengatakan bahwa pagelaran perlombaan kurang dipersiapkan dengan matang, khususnya masalah cuaca.
"Pada hari kedua kegiatan banyak pengunjung yang kecewa karena ada penundaan dari babak kualifikasi karena cuaca yang tidak bersahabat. Gagal hal ini diantisipasi sehingga banyak yang pulang dan tidak melanjutkan lagi untuk menonton event ini padahal sudah membeli tiket," tuturnya.
Akibat penundaan ini, kemudian diundur dan dimulai pada Minggu pukul 08.00 WIB. Pengunduran inipun tidak tersosialisasikan dengan baik. Banyak masyarakat ngeluh karena waktunya bersamaan dengan ibadah gereja, yakni hari Minggu.
Karenanya, hemat mereka, pagelaran F1H2O yang diselenggarakan oleh pemerintah melalui BPODT tidak mendatangkan dampak baik seperti yang dielu-elukan sebelumnya untuk/dan bagi masyarakat maupun pemerintah.
"ini menunjukkan ketidak mampuan Dirut BPODT sehingga layak untuk di evaluasi dan di copot dari jabatannya", tegas mereka.
Hizkia menduga bahwa penyelenggaraan F1H2O mengalami kerugian bagi pemerintah yang diakibatkan kurangnya persiapan dan perencanaan yang dilakukan oleh BPODT.
"Event tersebut justru tidak sebanding dengan ketercapaian turis mancanegara yang selalu dibesar besarkan oleh BPODT, kita patut menduga bahwa BPODT hanya sebatas terselenggara event semata saja, bukan penyelamatan dan peningkatan ekonomi di masyarakat, serta menduga bahwa even ini mengalami kerugian bagi pemerintah dan kita patut menyatakan miris dengan BPODT hari ini," pungkasnya.