masukkan script iklan disini
Generasinusa.com, Makassar;
Kota Makassar akan merayakan hari jadinya yang ke-415 tahun pada 09 November 2022. Berbagai kegiatan akan dilaksanakan guna memeriahkan moment tersebut. Berdasarkan surat edaran Walikota Makassar Nomor: 003.03/429/S.edar/BU/X/2022, tertanggal 31 Oktober 2022 tentang Partisipasi Menyemarakkan HUT Kota Makassar ke-415, terdapat beberapa kegiatan yang dihimbau untuk dilaksanakan seperti pengibaran bendera merah putih, pemasangan atribut HUT Kota Makassar, pemakaian baju adat dilingkungan SKPD, Camat, Lurah, Sekolah, maupun elemen masyarakat lainnya. Perayaan akan dipusatkan di lapangan karebosi dengan menampilkan 1000 penari dari siswa SD dan SMP se- Kota Makassar.
UPT SPF SMP Negeri 27 Makassar akan turut menyemarakkan moment tersebut dengan perayaan internal berupa “Festival Folklor” bagi peserta didik. Hal ini terungkap dalam rapat koordinasi Kepala Sekolah dengan komponen guru dan staf pada Senin, 07/11/2022. Folklore sendiri merupakan salah genre dalam sastra. Secara sederhana folklor dapat diartikan sebagai kebudayaan kolektif yang diwariskan secara turun temurun. Contohnya adalah mitos, dongeng, legenda dan nyayian rakyat.
Festival folklore SMPN 27 Makassar akan dikemas sedemikian rupa dengan paduan kegiatan lain yang sifatnya kekinian. Beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan berupa lomba lagu daerah tradisional, lomba pacarita (stand up comedy berbahasa daerah), lomba puisi berbahasa daerah, fashion etnik, dan sajian kue-kue tradisional. “jadi kita butuh ide-ide baru untuk perayaan kota Makassar ini” ungkap kepala sekolah Nurdin, S.Pd, Sh, M.Pd, yang memimpin rapat koordinasi.
Tujuan dari festival ini sebagai bentuk partisipasi menyemarakkan HUT Kota Makassar dan sekaligus sebagai upaya pelestarian kebudayan khususnya kebudayaan lokal. “Saya kira sekolah kita ini cukup beragam ada Makassar, Bugis, Toraja, Jawa, Mandar, silahkan berkreasi sesuai dengan kostum adat masing-masing” terang Nurdin yang menghimbau bagi guru untuk mengenakan kostum adat daerah masing-masing.
“Bagi siswa, wali kelas bisa menyampaikan untuk mengenakan kostum adat, namun bagi yang tidak bisa cukup memakai seragam sekolah batik Lontara atau batik modern, intinya semua berpartisipasi tetapi tidak memberatkan” kunci Nurdin. (Au/Gn)